Minggu, 24 April 2016

Perancangan Karangan


Paragraf Induksi (Generalisasi, Analogi, Sebab Akibat, Akibat Sebab)

Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal.

Paragraf induksi adalah paragaf yang dikembangkan dengan pola khusus – umum. Penulis akan memaparakan peristiwa – peristiwa khusus terlebih dahulu kepada pembacanya, kemudian diarahkan ke dalam sebuah kesimpulan yang berupa simpulan umum.
Paragraf yang menggunkan penalaran induksi ini ada emapat macam, diantaranya adalah paragraf generalisasi, Analogi, sebab – akibat, dan akibat – sebab.

1. Generalisasi
Paragraf ini dimulai dengan memaparkan suatu hal yang khusus dan kemudian disimpulkan pada bagian akhir paragaf.
Contoh:
-          Pantai Mutun yang berada di Lampung sangatlah cantik dan Indah. Di sana airnya jernih dan suasananya sangat asri. Tak hanya memiliki pantai yang cantik, Lampung juga memiliki taman nasional yang sangat meanakjubkan, yaitu way kambas. Di dalam way kambas kita bisa melihat hewan – hewan yang dilindungi seperti gajah sumtera, badak, dan lain – lain. Selain, pantai dan taman nasional, di lampung juga terdapat gunung yang sangat Indah, yaitu Gunung Tanggamus. Gunung ini sangat digemari bagi para pecinta panjat gunung. Oleh karena itu, tak heran Lampung dijuluki sebagai surganya tempat wisata.

-          Buah kelapa dapat dijadikan sebagai bahan makanan dan minuman yang segar. Tak hanya buahnya, kayu pohon kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Sedangkan pelapahnya dapat dijadikan sapau ijuk. Bahkan akarnya pun bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Oleh karena itu pohon kelapa sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

2. Analogi
Paragraf analogi adalah paragraf yang memaparkan suatu objek dengan menyamakannya dengan objek lain yang memiliki kesamaan dalam hal tertentu.
Contoh:
-          Mendaki ke puncak gunung harus memiliki persiapan dan bekal – bekal yang harus dibawa. Jika tidak memiliki bekal atau persiapan, kita akan terjatuh dari atas. Hal ini dikarenakan akan banyak halangan yang menghadang kita di depan, seperti binatang buas, bukit terjal, ataupun cuaca yang tidak bershabat. Sekali saja kita berbuat kesalahan, maka akibatnya akan sangat fatal. Begitu pula dengan mencapai kesuksesan, ada banyak hal yang harus kita persiapkan terlebih dahulu sebelum kita maju. Persiapan – persiapan tersebut, diantara lain mental, ilmu dan doa. Tanpa persiapan itu semua, kesuksesan akan susah diraih. Oleh karena itu, menggapai kesuksesan sama seperti menggapai puncak gunung karena perlu mempersiapakan bekal untuk semua halangan yang menghadang di depan.

-          Pisau yang tumpul lama – kelamaan akan menjadi tajam jika terus menerus diasah. Hal ini dikarenakan pisau yang tumpul tersebut, selalu digunakan dan dilatih sehingga pisau itu tidak menjadi karat dan rusak. Hal yang sama juga terjadi dengan otak manusia. Meskipun bodoh, kita akan menjadi pintar jika terus menerus belajar karena dengan terus belajar otak akan menjadi terlatih sehingga kemampuannya akan menjadi tajam. Oleh karena itu, meskipun bodoh dalam suatu hal, kita akan menajdi pintar jika terus berlatih, sama halnya dengan pisau yang tumpul akan menjadi tajam jika terus diasah.

3. Paragraf Sebab – Akibat
Paragraf ini diawali dengan memaparkan hal – hal khusus yang berupa sebab – sebab, kemudian disimpulkan pada bagian akhir yang merupakan akibat dari sebab tersebut.
Contoh
-          Hujan yang terjadi pada malam hari itu sangatlah deras, bahkan hujan tersebut terjadi sepanjang hari tanpa henti. Air yang terus mengalir tersebut memenuhi selokan hingga selokan itu tidak bisa menampung air lagi. Terlebih lagi dengan keadaan sungai yang telah sempit dan dangkal membuat air meluap hingga ke perkampungan penduduk. Oleh karena itu, banjir datang dan menggenangi seluruh perkampungan penduduk.

-          Saat ini banyak hutan yang telah beralih fungsi menjadi tempat permukiman. Mereka memaksa semua binatang yang ada di dalamnya untuk pergi dari rumah mereka. Tak hanya itu, perburuan yang massif pun sering terjadi. Para pemburu dengan seenaknya membunuh binatang – binatang yang ada. Akibatnya, binantang – binatang sekarang berada di ambang kepunahan.


4. Paragraf Akibat – Sebab
Paragraf ini diawali dengan memaparkan akibat – akibat yang timbul dan kemudian dijelaskan pada bagian akhir apa penyebab akibat – akibat tersebut.
Contoh:
-          Semua harga barang pokok di pasar menjadi naik. Barang – barang pokok seperti beras, minyak, bawang bahkan harganya mencapai dua kali lipat dari harga awalnya. Tak hanya harga barang bahan pokok, tarif angkutan umum pun ikut naik. Para sopir beralasan bahwa, setoran mereka dan harga spare part juga ikut naik. Kenaikan harga yang terjadi saat ini sangat menyuilitkan para masyarakat yang berpenghasilan pas – pasan. Permasalahan – permasalahan yang terjadi ini, diawali dari kebijakan pemerintah yang menaikan harga bahan bakar minyak.

-          Cuaca saat ini menajdi semakin panas. Bahkan kita tidak bisa lagi memprediksi datangnya musim karena sudah tidak pasti lagi kapan datangnya. Cuaca yang sangat panas ini diikuti oleh melelehnya gunung – gunung es yang ada di kutub utara sehingga menaikan volume permukaan air laut. Hal ini sungguh sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Tetapi bagian ironisnya adalah bahaya – bahaya tersebut, disebabkan oleh perilaku manusia sendiri yang memicu terjadinya global warming.


Daftar Pustaka :
1.      https://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf , 24 April 2016, 14:49.

Menentukan persamaan Isi Berita dan Perbedaan Penyajian Berita

Berita adalah laporan yang disajikan melalui media massa (surat kabar, televisi, radio, dll.), yang bersifat faktual, aktual, dan penting bagi khalayak. Faktual berarti sesuai kenyataan, bukan karangan fiktif. Aktual berarti baru saja terjadi, belum diketahui banyak orang, dan masih hangat untuk dibicarakan. Jadi, sebuah laporan tidak akan dianggap berita apabila kejadian yang dilaporkan itu (1) fiktif, tidak benar-benar terjadi; (2) sudah berlangsung lama; (3) sudah diketahui banyak orang; atau (4) sudah tidak hangat untuk dibicarakan.
STRUKTUR BERITA & UNSUR-UNSUR BERITA
Teks berita disusun dengan menggunakan struktur piramida terbalik seperti pada bagan di bawah ini.
[bagan- struktur berita berupa piramida terbalik]
Bagian lead news (teras berita) memiliki sifat paling penting dibanding bagian body news dan leg newsTeras berita berisi informasi yang paling penting, paling esensial, dan merupakan pokok-pokok isi berita. Maka dari itu, apabila kita ingin mengetahui pokok-pokok isi berita, maka kita cukup membaca paragraf pertama berita tersebut.
Karena teras berita harus berisi pokok-pokok isi berita, teras berita ditulis dengan rumus 5W1H. 5W1H merupakan singkatan dari unsur-unsur berita: what (apa), where (di mana), when (kapan), who(siapa), why (mengapa), dan how (bagaimana). Artinya, di dalam teras berita, harus ada informasi yang menjawab pertanyaan:
(1) Apa peristiwa/kejadian/kenyataan yang diberitakan? (unsur what)
(2) Di mana peristiwa/kejadian/kenyataan itu terjadi? (unsur where)
(3) Kapan peristiwa/kejadian/kenyataan itu terjadi? (unsur when)
(4) Siapa pelaku, dalang, korban, atau orang yang terlibat di dalamnya? (unsur who)
Keterangan: Unsur who ini terbagi menjadi tiga macam, yaitu: (1) institution who, yakni unsurwho yang berupa institusi atau lembaga; (2) individual who, yakni unsur who yang berupa perseorangan/individu; dan (3) plural who, yakni unsur who yang berupa kelompok orang.
(5) Mengapa peristiwa/kejadian/kenyataan itu terjadi? (unsur why)
Keterangan: Unsur why adalah unsur yang berupa informasi tentang penyebab, motivasi, atau latar belakang terjadinya suatu peristiwa/kejadian/kenyataan.
(6) Bagaimana kronologi peristiwanya, bagaimana caranya, bagaimana akibatnya, bagaimana proses kejadiannya? (unsur how)
Bagian body news (tubuh berita) memiliki sifat cukup penting karena berisi informasi-informasi yang memperjelas, memperdetail, atau memperinci informasi dalam teras berita. Bagian leg news (kaki berita) memiliki sifat kurang penting karena hanya berupa informasi tambahan yang jika dihilangkan tidak akan berpengaruh pada kelengkapan berita.
Ada tiga alasan berita ditulis dengan struktur piramida terbalik. Pertama, agar pembaca yang sangat sibuk bisa langsung mengetahui garis besar isi berita dengan hanya membaca paragraf pertama (paragraf teras berita). Kedua, agar editor bisa langsung memotong kaki berita jika berita terlalu panjang sementara kolom koran yang tersedia sangat terbatas. Ketiga, agar wartawan tidak sampaimelupakan atau melewatkan informasi penting dalam berita yang ia tulis.
PEDOMAN PENULISAN BERITA
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menyusun Pedoman Penulisan Berita yang isinya antara lain sebagai berikut.
(1)   Teras berita ditempatkan di paragraf pertama dan harus mencerminkan pokok terpenting berita.
(2)   Teras berita tidak lebih dari 45 kata dan sebaiknya tidak lebih dari 3 kalimat.
(3)   Hal-hal yang tidak begitu mendesak hendaknya dimuat dalam tubuh berita.
(4)   Unsur why dan how diperjelas dalam tubuh berita, tidak dalam teras berita.
Berdasarkan pedoman yang sudah disepakati oleh PWI tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsurwhat, where, when, dan who itu wajib ditulis dalam teras berita, tidak boleh dalam tubuh berita. Unsur why dan how yang dirasa sangat penting, menarik, dan berkaitan erat dengan pokok berita ditulis dalam teras berita, sedangkan unsur why dan how yang tidak terlalu penting harus diuraikan dalam tubuh berita.
Ketika membuat teras berita, seorang jurnalis bebas menentukan pola penyajiannyabisa berupawhat-where-when-whowho-what-why-where-whenhow-who-what-where-when, dan lainsebagainya. Pola penyajian teras berita tidak harus selalu diawali oleh salah satu unsur 5W1H, boleh juga diawali oleh pertanyaan (question), komentar (comment), kutipan perkataan tokoh (quotation), jeritan (exclamation), dan lain-lain.
Berdasarkan unsur yang mengawalinya, teras berita terbagi menjadi bermacam-macam, antara lain: (1) what lead, yaitu teras berita diawali unsur apa; (2) who lead, yaitu teras berita diawali unsur siapa; (3) when lead, yaitu teras berita diawali unsur kapan; (4) where lead, yaitu teras berita diawali unsur di mana; (5) why lead, yaitu teras berita diawali unsur mengapa; (6) how lead, yaitu teras berita diawali unsur bagaimana; (7) quotation lead, yaitu teras berita diawali perkataan seseorang; (8)question lead, yaitu teras berita diawali pertanyaan; (9) comment lead, yaitu teras berita diawali komentar; dan lain-lain. Adapun pola kelanjutannya bisa bermacam-macam, tergantung pada jurnalisnya. What lead, misalnya, bisa berpola what-where-when-whywhat-when-where-howwhat-when-where-why, dan lain-lain. Who lead bisa berpola who-what-where-when-why,  who-what-how-where-when, dan lain-lain.
Karena ada tiga macam unsur whowho lead (teras berita siapa) terbagi menjadi tiga macam pula, yaitu: (1) who lead individual, yaitu teras berita diawali dengan unsur who (siapa) yang berupa satu orang; (2) who lead plural, yaitu teras berita diawali dengan unsur who (siapa) yang berupa dua orang atau lebih (banyak orang); dan (3) who lead institution, yaitu teras berita diawali dengan unsur who(siapa) yang berupa lembaga/institusi.

Cara Mencari Isi Berita
Isi berita dapat diketahui dengan mengajukan pertanyaan apa. Isi berita secara ringkas terdapat pada headline atau kepala berita. Kepala berita berisi penjelasan singkat 5W+1H.

Cara Mencari Perbedaan Penyajian
Penyajian berita setiap surat kabar berbeda. Perbedaan tersebut dapat diketahui dengan mengajukan pertanyaan 5W+1H. Setiap kalimat merupakan jawaban atas satu pertanyaan.
 





CONTOH TERAS BERITA & ANALISISNYA
1.
Kebakaran terjadi di pasar Klojen pada Sabtu malam, 1 Mei 2010. Menurut kesaksian warga, beberapa orang tak dikenal sengaja melakukan sabotase listrik.  Analisis: teras berita ini berjenis what lead yang disajikan dengan pola apa-di mana-kapan-mengapa. Buktinya:
(1) Apa peristiwanya? Kebakaran.
(2) Di mana kejadiannya? Di pasar Klojen.
(3) Kapan kejadiannya? Sabtu malam, 1 Mei 2010.
(4) Mengapa hal itu terjadi? Karena beberapa orang tak dikenal sengaja melakukan sabotase listrik.
2.
Julia Perez menegaskan, dirinya akan terus maju dalam pilkada Bupati Pacitan meskipun terjadi kontroversi di tengah masyarakat. Hal itu dikatakan di rumahnya pada Minggu, 25 April 2010. Analisis: teras berita ini berjenis who lead individual yang disajikan dengan pola siapa-apa-di mana-kapan. Buktinya:
(1) Siapa yang diberitakan? Julia Perez.
(2) Apa yang dilaporkan? Perkataan Julia Perez yang menyatakan bahwa Julia Perez akan terus maju dalam pilkada.
(3) Di mana hal itu diungkapkan? Di rumah Julia Perez.
(4) Kapan hal itu diungkapkan? Minggu, 25 April 2010.
3.
Arema Indonesia kalah 1 : 4 melawan Persipura pada Sabtu, 24 April 2010, di Jayapura. Kekalahan Arema itu menjadikan poin Persipura bertambah 3 angka sehingga totalnya sekarang 56, namun hal itu masih belum mampu menggeser posisi Arema Indonesia dari puncak klasemen karena poin Arema sudah mencapai 60.  Analisis: teras berita ini berjenis who lead institution yang disajikan dengan pola siapa-apa-di mana-kapan-bagaimana. Buktinya:
(1) Siapa yang diberitakan? Arema Indonesia.
(2) Peristiwa apa yang diberitakan? Kekalahan Arema 1 : 4 ketika melawan Persipura.
(3) Di mana kejadiannya? Di Jayapura.
(4) Kapan terjadinya? Sabtu, 24 April 2010.
(5) Bagaimana akibatnya? Poin Persipura bertambah 3 sehingga menjadi 56, namun Arema Indonesia masih menduduki puncak klasemen karena poin sebelumnya sudah mencapai 60.
4.
Dua orang pelaku curanmor  dihajar, dimutilasi, dan dibakar oleh massa. “Biar tidak terjadi lagi, Mas. Di sini sangat sering terjadi curanmor. Polisi tidak pernah bisa menangkap mereka. Sekarang warga sudah marah sekali, Mas,” ujar salah seorang anggota massa.  Analisis: teras berita ini berjenis who lead plural yang disajikan dengan pola siapa-apa-mengapa. Buktinya:
(1) Siapa yang diberitakan? Dua orang pelaku curanmor (pencurian motor).
(2) Apa peristiwanya? Dua pelaku curanmor dihajar, dimutilasi, dan dibakar oleh massa.
(3) Mengapa hal itu sampai terjadi? Karena polisi tidak bisa menangkap mereka dan warga sudah marah sekali. Warga ingin curanmor tidak terjadi lagi di daerahnya.
5.
Sungguh malang nasib TKW kita. Sutinah (26) pulang dengan luka di sekujur tubuhnya akibat disiksa majikannya di Arab Saudi. Sutinah bisa pulang setelah berhasil menelepon kedubes RI secara sembunyi-sembunyi dan melaporkan kejadian yang menimpanya. Salah seorang staf kedubes menjemputnya dan mengantarnya pulang ke Indonesia dengan pesawat.  Analisis: teras berita ini berjenis comment lead yang disajikan dengan pola komentar-siapa-apa-mengapa-bagaimana. Buktinya:
(1) Komentar penulis berita: Sungguh malang nasib TKW kita.
(2) Siapa yang diberitakan? Sutinah.
(3) Apa peristiwanya? Seorang TKW pulang dengan luka di sekujur tubuhnya.
(4) Mengapa peristiwa itu terjadi? Ia disiksa majikannya ketika bekerja di Arab Saudi.
(5) Bagaimana proses kepulangannya? Dengan sembunyi-sembunyi ia menelepon kedubes RI dan melaporkan kejadian yang menimpanya. Setelah itu, ia dijemput dan diantar pulang ke Indonesia dengan pesawat.



DAFTAR PUSTAKA
1.      A.S. Haris Sumadiria. 2008. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature (Panduan Praktis Jurnalis Profesional). Cetakan ke-3. Bandung: Penerbit Simbiosa Rekatama Media.
2.      Gorys Keraf. 1984. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Cetakan ke-7. Ende, Flores: Penerbit Nusa Indah.
3.      Henry Guntur Tarigan. 2000. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa   bekerjasama dengan Ditjen Dikdasmen Depdiknas dalam Proyek Peningkatan Mutu SLTP.
4.      Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat. 2007. Jurnalistik: Teori dan Praktik. Cetakan ke-3. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
5.      Totok Djuroto. 2003. Teknik Mencari dan Menulis Berita. Edisi ke-2. Cetakan ke-1. Semarang: Penerbit Dahara Prize.
6.      Andik Wahyu S, Berita,  http://andikws.blogspot.co.id/2011/08/berita_5338.html#more , 9 Maret 2016, 23:21.


Puisi

Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Puisi adalah salah satu ragam karya sastra yang berisi ungkapan perasaan yang disusun ke dalam bentuk larik dan bait. Penyair membangun sebuah puisi dengan menggunakan unsur-unsur penyusun puisi. Unsur-unsur penyusun puisi itu dapat diklasifikasi menjadi dua macam, yaitu unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik.
MACAM-MACAM PUISI
Berdasarkan waktu kemunculannya di Indonesia, puisi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: puisi lama, puisi baru, dan puisi modern. Puisi lama adalah puisi-puisi yang munculnya sejak zaman purba, lalu berkembang pesat hingga tahun 1820. Puisi lama terbagi menjadi delapan jenis, yaitu: mantra, pantun, karmina, syair, gurindam, talibun, seloka, dan bidal. Puisi baru adalah puisi-puisi yang munculnya mulai tahun 1918 sampai sekitar 1966. Puisi baru ini dipengaruhi gaya sastra Eropa yang lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam hal bentuk, isi, maupun gaya bahasanya. Berdasarkan jumlah larik dalam tiap baitnya, puisi baru dibagi menjadi sembilan macam, yaitu: distikhon, tersina, kuatren, kuin, sekstet, septim, stanza/oktava, soneta, dan sanjak bebas. Puisi modern adalah puisi-puisi yang berkembang sesudah tahun 1966 hingga sekarang. Puisi modern tidak bisa lagi diklasifikasi berdasarkan jumlah larik dalam tiap baitnya karena puisi modern tidak lagi mau terikat pada aturan jumlah larik. Puisi modern memiliki sifat yang jauh lebih bebas daripada puisi baru dan puisi lama. Berdasarkan tingkat kesulitan memahami isinya, puisi modern dibagi menjadi tiga macam: yaitu (1) puisi diafan, yakni puisi yang biasanya ditulis oleh anak-anak, isinya mudah dipahami dan tidak memerlukan penafsiran; (2) puisi prismatis, yakni puisi yang isinya tidak mudah dipahami dan memerlukan penafsiran, tetapi juga tidak terlalu sulit untuk dipahami; dan (3) puisi gelap, yakni puisi yang isinya sangat sulit dipahami.
LARIK DAN KALIMAT, BAIT DAN PARAGRAF
Mempelajari perihal puisi, ada hal penting yang perlu kita pahami lebih dulu, yakni (1) perbedaan antara larik dan kalimat, (2) perbedaan antara bait dan paragraf.
Larik tidak bisa disamakan dengan kalimat. Larik dan kalimat memiliki ciri-ciri yang berbeda. Kalimat selalu diawali huruf kapital dan diakhiri tanda titik. Kalimat selalu memiliki unsur subjek dan predikat, boleh ditambah pelengkap, keterangan, dan kata sambung. Larik tidak seperti itu. Larik tidak selalu diawali huruf kapital dan tidak selalu diakhiri tanda titik. Larik juga tidak selalu memiliki subjek dan predikat, adakalanya subjek saja atau predikat saja atau keterangan saja. Dari segi isinya, satu kalimat selalu memiliki satu maksud, sedangkan larik tidak selalu. Bisa saja, satu larik memiliki dua atau tiga maksud.
Bait juga tidak bisa disamakan dengan paragraf. Paragraf adalah kumpulan dari kalimat-kalimat yang isinya bisa langsung dipahami tanpa diperlukan penafsiran-penafsiran. Bait tidak seperti itu. Bait adalah kumpulan dari larik-larik yang isinya belum tentu bisa langsung dipahami karena adakalanya masih diperlukan penafsiran-penafsiran. Sebuah bait puisi bila dibaca oleh orang yang berbeda dan ditafsirkan dengan cara yang berbeda bisa saja menghasilkan penafsiran yang berbeda.
Fananie (2000:77) menjelaskan bahwa faktor ekstrinsik adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Faktor ekstrinsik itu bisa berupa tradisi dan nilai-nilai, struktur kehidupan sosial, keyakinan dan pandangan hidup, suasana politik, lingkungan hidup, agama, dan lain sebagainya. Dari penjelasan Fananie itu, dapat kita simpulkan bahwa unsur ekstrinsik puisi adalah hal-hal di luar puisi yang mempengaruhi penciptaan isi puisi, seperti agama, sosial budaya, politik, adat, kebiasaan, kenyataan hidup, keindahan alam, keadaan lingkungan, dan lain sebagainya. Proses penulisan puisi pasti akan dipengaruhi hal-hal ekstrinsik. Contoh: puisi yang berjudul “Hujan Badai” (karya Rustam Efendi) tentu isinya dipengaruhi oleh peristiwa hujan badai, puisi yang berjudul “Cempaka” (karya Amir Hamzah) tentu isinya dipengaruhi oleh tumbuhan bunga cempaka yang diamati penyair, dan lain sebagainya.
Bagaimana cara menemukan unsur ekstrinsik puisi? Isi puisi itu merupakan satu-satunya tempat yang digunakan oleh pengarang untuk mengimplementasikan atau mengekspresikan unsur ekstrinsik puisi. Oleh karena itu, cara menemukan unsur ekstrinsik puisi adalah dengan memahami isi puisi terlebih dahulu, kemudian di dalam isi puisi itu, kita cari hal-hal ekstrinsik seperti nilai-nilai sosial, nilai-nilai agama, norma-norma masyarakat, tradisi, adat istiadat, kebiasaan, kondisi politik, lingkungan hidup, pandangan hidup, dan lain sebagainya. Cara lain menemukan unsur ekstrinsik adalah dengan mewawancarai pengarangnya secara langsung, tentu saja hal ini dapat dilakukan apabila si pengarang masih hidup dan terjangkau. Cara kedua ini dapat kita lakukan karena sang pengarang adalah orang yang paling tahu tentang puisi karangannya. Dialah yang memiliki motivasi, tendensi, pandangan hidup, serta struktur kehidupan sosial yang tercermin di dalam puisi tersebut. Namun, cara kedua ini biasanya hanya dilakukan oleh mahasiswa atau peneliti sastra untuk keperluan penelitian sastra yang betul-betul serius.
Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur di dalam puisi yang membangun sebuah puisi sehingga puisi tersebut menjadi utuh. Unsur intrinsik puisi itu secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu (1) isi puisi, disebut juga struktur batin (deep structure) dan (2) kulit puisi, disebut juga struktur kulit (surface structure). Isi puisi (deep structure) itu dibangun oleh empat unsur, yaitu: (1) tema, (2) rasa, (3) suasana, (4) nada, dan (5) pesan atau amanat atau maksud puisi. Kulit puisi (surface structure) itu dibangun oleh enam unsur, yaitu: (1) tipografi atau perwajahan puisi, (2) rima atau persamaan bunyi, (3) imaji atau citraan, (4) kata konkret, (5) gaya bahasa, dan (6) diksi atau pilihan kata. Untuk lebih jelasnya, perhatikan bagan berikut ini!

(1) Tema (sense)
Di dalam puisi, terdapat makna. Makna puisi bisa terdapat pada tataran kata, larik, bait, maupun keseluruhan. Makna puisi adalah pemahaman kita selaku pembaca terhadap kata, larik, bait, dan keseluruhan teks puisi. Jadi, sesuatu yang kita pahami itu disebut makna. Kumpulan makna yang kita peroleh dari kata, larik, bait, dan keseluruhan itu membentuk satu gagasan pokok. Nah, satu gagasan pokok itu disebut tema. Dengan kata lain, tema puisi adalah gagasan pokok yang kita simpulkan dari kumpulan makna yang kita peroleh dari tiap kata, larik, dan bait puisi tersebut.
(2) Rasa & Suasana (feeling)
Rasa dan suasana sering ada di dalam puisi karena puisi adalah ungkapan perasaan, tapi keduanya tak selalu ada secara bersamaan. Oleh karena itu, untuk dapat mengidentifikasi rasa dan suasana puisi, kita harus dapat memahami isi puisi itu lebih dulu. Sebenarnya, rasa adalah perasaan atau keadaan hati penyair yang tergambar di dalam isi puisi, sedangkan suasana adalah suasana yang tergambar dalam isi puisi. Namun demikian, pengertian rasa dan suasana ini sering disamakan atau dianggap sama karena keduanya sama-sama hadir dan terimajinasi di dalam hati. Sebagai contoh, seseorang yang berada di ruang pesta belum tentu merasakan suasana ramai, bisa jadi merasakan suasana sepi karena perasaannya saat itu sedang sepi.
Perhatikan contoh di bawah ini!
Bersorak jiwaku girang-gemirang
Melihat bendera berkibar-kibar
Tamsil kegembiraan limpah-melimpah
Dalam kencana sinar-suminar
Sebagai angkatan kapal terbang
Gembira dahsyat getaran udara
Begitulah angkatan jaman sekarang
Dunia raya penuh suara
 Rasa: gembira dan bangga.  Suasana: gembira.
(3) Nada (tone)
Nada yang dimaksud di sini adalah sikap penyair terhadap pembaca puisinya, yang tercermin melalui isi puisi tersebut. Dengan memahami isi dan tema sebuah puisi, biasanya kita akan dapat menangkap sikap penyair terhadap kita selaku pembaca. Dalam menyampaikan isi puisinya, penyair bisa menggunakan nada menggurui, sekadar memberi tahu, mendikte, menyalahkan, menyindir, mengolok-olok, memarahi, mengajak berpikir, mengajak merenung, menunjukkan masalah pada pembaca, merendahkan pembaca, dan sebagainya.
Perhatikan contoh berikut ini!
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang bakti.
 Nada: menasihati pembaca (kutipan puisi tersebut bernada menasihati pembaca).
(4) Amanat / Pesan / Maksud (intention)
Amanat adalah pesan yang disampaikan oleh penyair melalui isi puisinya. Dalam puisi, amanat bisa disampaikan secara langsung maupun tidak langsung, tapi kebanyakan disampaikan secara tidak langsung.
Perhatikan contoh penyampaian amanat secara tidak langsung berikut ini!
Jakarta menangis
Melihat anak-anak kecil
Berlarian memburu
Sesuap nasi yang tercecer
Di sudut-sudut kota yang pengap
 Amanat: Marilah peduli pada nasib anak-anak yang kurang beruntung.
Perhatikan contoh penyampaian amanat secara langsung berikut ini!
Andai pemuda-pemudimu
Memiliki sifat sepertimu
Bersama membangun... menjaga, kerja sama
Demi tercapainya persatuan dan kesatuan
 Amanat: hendaknya para pemuda bekerja sama membangun, serta menjaga persatuan dan kesatuan.
Agar Anda semakin paham, perhatikan contoh analisis struktur isi puisi berikut ini!
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta
Akh, apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang bakti.
 Isi puisi: seseorang yang sudah tua merasa menyesal karena sudah menyia-nyiakan masa muda sehingga sekarang ia miskin ilmu dan miskin harta.  Tema: penyesalan.  Rasa: menyesal.  Suasana: sedih.  Nada: menasihati pembaca.  Amanat: jangan menyia-nyiakan masa muda kita dengan kesenangan dan sikap santai agar kelak kita tidak miskin ilmu dan tidak miskin harta.
(5) Tipografi (Perwajahan Puisi)
Tipografi (perwajahan) adalah pengaturan atau penataan letak kata, larik, dan bait dalam puisi. Penataan letak kata, larik, dan bait itu bertujuan untuk menciptakan keindahan puisi dan makna puisi. Tipografi sering digunakan sebagai simbol atau penggambaran makna puisi. Pada puisi-puisi konvensional, kata-kata ditata dalam deret larik, kemudian beberapa larik diikat dalam bait-bait secara teratur. Namun, saat ini puisi tidak harus seperti itu, boleh ditata membentuk gambar-gambar tertentu.





(6) Rima (Persamaan Bunyi)
Rima adalah persamaan bunyi yang terdapat di dalam puisi. Rima terbagi menjadi dua macam, yaitu rima horizontal (rima dalam) dan rima vertikal (rima luar). Rima horizontal adalah rima yang terjadi di dalam sebuah larik, sedangkan rima vertikal adalah rima yang terjadi di antara dua larik (atau lebih) yang berbeda. Rima vertikal terbagi menjadi tiga macam, yaitu rima vertikal awal, rima vertikal tengah, dan rima vertikal akhir.
Perhatikan contoh berikut ini!
Tubuhku kaku terpaku, hatiku pilu
Sepisau luka teteskan darah
Sepisau duka teteskan air mata
Kesempatanku sudah melayang
Kegagalanku datang membayang
 Persamaan bunyi [ku] yang ada di dalam larik ke-1 itu disebut rima horizontal karena persamaan bunyi tersebut terjadi di dalam satu larik saja.  Persamaan bunyi [sepisau] pada larik ke-2 dan ke-3 itu disebut rima vertikal awal karena persamaan bunyi tersebut terjadi pada larik yang berbeda dan berada di awal larik.  Persamaan bunyi [uka teteskan] pada larik ke-2 dan ke-3 itu disebut rima vertikal tengah karena persamaan bunyi tersebut terjadi pada larik yang berbeda dan berada di tengah-tengah larik.  Persamaan bunyi [ayang] pada larik ke-4 dan ke-5 itu disebut rima vertikal akhir karena persamaan bunyi tersebut terjadi pada larik yang berbeda dan berada di akhir larik.
(7) Imaji (citraan)
Imaji (pengimajian atau citraan) adalah kata atau kelompok kata yang dapat memberikan imajinasi pengalaman indrawi: penglihatan, pendengaran, penciuman/pembauan, pengecapan, perabaan, dan perasaan.
Perhatikan contoh berikut ini!
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
 Kata-kata yang bergaris bawah tersebut merupakan imaji penglihatan karena kata-kata tersebut bisa mengimajinasikan sesuatu yang terlihat oleh mata kita.
Lonceng berdentang merajam telingaku           
Gemericik air seolah membasuh dahaga          
 Kata-kata yang bergaris bawah tersebut merupakan imaji pendengaran karena kata-kata tersebut bisa mengimajinasikan bunyi yang terdengar telinga.
Manis di kulit belum tentu manis di daging       
Pahit getir hidup telah kaulalui 
 Kata-kata yang bergaris bawah tersebut merupakan imaji pengecapan karena kata-kata tersebut bisa mengimajinasikan rasa kecap lidah kita.
Halus mulus terasa       
Aku terbuai keras dan lembut   
 Kata-kata yang bergaris bawah tersebut merupakan imaji perabaan karena kata-kata tersebut bisa mengimajinasikan hasil rabaan tangan kita.
Ketika pintu terbuka, semerbak harum 
Kian lama, wangi itu kian membusuk!  
 Kata-kata yang bergaris bawah tersebut merupakan imaji penciuman/pembauan karena kata-kata tersebut bisa mengimajinasikan bau pada hidung kita.
Radang rindu semakin rindu     
Rindu sirna berganti benci!
 Kata-kata yang bergaris bawah tersebut merupakan imaji perasaan karena kata-kata tersebut bisa mengimajinasikan perasaan hati kita.
(8) Kata Konkret
Kata konkret berhubungan erat dengan imaji. Kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra. Jadi, kata yang digunakan untuk menciptakan imaji adalah kata konkret. Dengan kata lain, kata konkret adalah kata-kata yang bisa menimbulkan imaji.
Perhatikan contoh berikut ini!
No
Imaji
Kata Konkret
1
Penglihatan
Merah, kuning, biru, kucing, anjing, ular, gunung, awan berarak, tanah, batu, dll.
2
Pendengaran
Dengung, deru, ringkik, desing, dengking, lengking, kicau, kecek, repet, repek, gemertak, kerincing, kelening-kelenung, gelegak, gelegar, gemericik, dentum, desir, menyuit, dengkur, bising, dll.
3
Penciuman
Asam, pedis, kohong, pesing, apak, basi, bangar, busuk, anyir, tengik, dll.
4
Pengecapan
Pedas, pahit, asam, gayau, asin, manis, kelat, dll.
5
Perabaan
Dingin, panas, lembab, basah, kering, kasar, kasap, kerut, halus, lembut, rata, licin, gelenyar, geli, dll.
6
Perasaan
Sedih, senang, gembira, riang, duka, pedih, kaget, dll.
(9) Gaya Bahasa
Gaya bahasa bisa terdapat di dalam puisi, bisa pula dalam cerita atau novel. Gaya bahasa sering digunakan untuk meningkatkan efek keindahan, menekankan nilai rasa, mengekspresikan perasaan pengarang, dan lain-lain. Gaya bahasa itu sebenarnya banyak sekali macamnya. Berdasarkan langsung-tidaknya makna, gaya bahasa terbagi menjadi dua macam, yaitu gaya bahasa retoris dangaya bahasa kiasan (majas).
(10) Diksi (Pilihan Kata)
Diksi adalah pemilihan kata-kata atau istilah yang dilakukan oleh seorang penyair dalam puisinya. Pemilihan kata dilakukan oleh penyair dengan mempertimbangkan (1) makna kata, (2) nilai rasa suatu kata, dan (3) bunyi-bunyi kata. Dengan mempertimbangkan tiga hal itu, pemilihan kata dilakukan oleh penyair untuk keperluan penciptaan tema, amanat/pesan, nada/rasa, rima (persamaan bunyi), kata konkret, imaji (citraan), ataupun gaya bahasa.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Abdul Rozak Zaidan, Anita K. Rustapa, & Hani’ah. 1991. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2.      Diah Erna Triningsih. 2009. Diksi (Pilihan Kata). Klaten: PT Intan Pariwara.
3.      Gorys Keraf. 1984. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Cetakan ke-7. Ende, Flores: Penerbit Nusa Indah.
4.      Gorys Keraf. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa (Komposisi Lanjutan I). Cetakan ke-15. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
5.      Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Edisi ke-3. Cetakan ke-3. Jakarta: Depdiknas dan Balai Pustaka.
6.      Rachmat Djoko Pradopo. 2008. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Cetakan ke-5. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
7.      Wahyudi Siswanto. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.
8.      Zainuddin Fananie. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
9.      Andik Wahyu S, Puisi, http://andikws.blogspot.co.id/2011/08/puisi.html#more , 9 Maret 2016, 22:53.

10.  https://id.wikipedia.org/wiki/Puisi  , 9 Maret 2016, 23:15.