Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu
bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada
tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti
novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita
pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema,
bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Apresiasi adalah kegiatan mengamati, menilai, dan menghargai
dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap nilai-nilai keindahan
yang diungkapkan pengarang. Tujuan Apresiasi Sastra merupakan pengalaman
rohaniah-batiniah manusia, bukan pengalaman jasmaniah, penangkapan kognitif,
konseptual, dan penyimpulan atas fenomena-fenomena karya sastra yang kita
apresiasi, pengapresiasi dapat memperoleh kesadaran tentang berbagai hal,
keindahan, kekejaman, ketidakmanusiawian, kebermaknaan hidup, hakikat hidup
manusia, hakikat hidup bersama, kebobrokan dan kelicikan permainan kekuasaan,
ketidakmampuan manusia berkelit dari tradisi belenggu budayanya, dan
sebagainya, dan apresiasi sastra menghidangkan hiburan mentalistis yang
bermain-main dalam jiwa dan batin kita.
Untuk dapat
mengapresiasi sebuah karya sastra dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi
unsur intrinsik karya sastra. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah
karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti :
tema, tokoh, alur, latar, dan amanat.  Berikut ini unsur-unsur intrinsik
cerita.
1.Tema
Setiap cerita pasti memiliki gagasan pokok yang diangkat sebagai ide cerita. Hal tersebut dinamakan tema cerita. Misalnya kesetiakawanan, persahabatan, perjuangan dan sebagainya.
2. Latar
Setiap cerita pasti memiliki gagasan pokok yang diangkat sebagai ide cerita. Hal tersebut dinamakan tema cerita. Misalnya kesetiakawanan, persahabatan, perjuangan dan sebagainya.
2. Latar
Latar menunjuk
kepada waktu dan tempat berlangsung kisah cerita itu. Dalam cakupan yang lebih
luas, latar dapat menjelaskan sebuah kurun waktu, misalnya zaman perang
kemerdekaan atau zaman pemerintahan kerajaan. Latar juga dapat merujuk pada
strata kehidupan, misalnya sebuah kisah cerita berlangsung di kalangan
konglomerat atau cerita di kalangan masyarakat miskin, dan sebagainya. Latar
sangat mendukung jalan cerita, adapun jenis-jenis latar seperti dibawah ini.
- Latar waktu adalah keterangan tentang kapan peristiwa
     dalam cerpen tersebut terjadi. Misalnya: pagi hari, siang hari, atau malam
     hari.
- Latar tempat menunjukkan keterangan tempat peristiwa
     itu terjadi. Misalnya: dirumah, dikamar, di dalam bus, di halaman, atau di
     Jakarta.
- Latar suasana menggambarkan suasana peristiwa yang
     terjadi. Misalnya: suasana gembira, sedih atau romantis, dan lain-lain.
3. Penokohan atau perwatakan
Hal yang
menarik dalam sebuah cerita berupa diciptakannya konflik antarpelaku akibat
gesekan perbedaan karakter atau watak para tokoh. Hal itu disebut dengan
penokohan atau perwatakan. Pemberian karakter tokoh atau pelaku dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung.
- Penokohan langsung, artinya dalam menuturkan ceritanya,
     pengarang menyebutkan secara langsung perwatakan tokohnya. Dalam teknik
     penokohan jenis ini, pembaca tidak perlu menyimpulkan perwatakan
     pelaku. 
- Penokohan tidak langsung, artinya dalam menuturkan
     ceritanya, pengarang tidak secara langsung menyebutkan watak tokohnya.
     Pengarang melukiskannya melalui tingkah laku, sikap, lingkungan maupun
     gambaran fisik tokoh. Bahkan, melalui reaksi tokoh lain terhadap tokoh
     yang dimaksud. Dalam teknik penokohan jenis ini, pembaca harus
     menyimpulkan sendiri perwatakan tokoh.
4. Alur
Cerita dibangun
atas jalinan peristiwa yang sambungmenyambung membentuk satu kesatuan cerita
yang disebut alur cerita. Alur terbagi atas tahapan-tahapan yang dibahas pada bagian
lain dalam buku ini.
- Alur maju. Pada alur maju atau disebut juga dengan alur
     progresif, penulis menyajikan jalan ceritanya secara berurutan dimuali
     dari tahapan perkenalan ke tahapan penyelesaian secara urut dan tidak
     diacak.
- Alur mundur. Alur mundur adalah proses jalannya cerita
     secara tidak urut. Biasanya pengarang menyampaikan ceritanya dimulai dari
     konflik menuju penyelesaian, kemudian menceritakan kembali latar belakang
     timbulnya konflik tersebut. 
- Alur campuran. Alur jenis ini adalah gabungan dari alur
     maju dan alur mundur. Penulis pada awalnya menyajikan ceritanya secara
     urut dan kemudian pada suatu waktu, penulis menceritakan kembali kisah
     masa lalu atau flash back.
5. Sudut pandang
Sudut pandang
adalah posisi pengarang saat menuturkan cerita. Pengarang dapat memerankan
dirinya sebagai pelaku yang seolah-olah menceritakan kisahnya sendiri atau
pengarang sebagai pengamat yang menceritakan kisah orang lain.
- Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal. Pengarang dalam
     sudut pandang ini menempatkan dirinya sebagai pelaku sekaligus narator
     dalam ceritanya. Menggunakan kata ganti “Aku” atau “Saya”. Namun begitu,
     SP ini bisa dibedakan berdasarkan kedudukan “Aku” di dalam cerita itu.
     “Aku” tokoh utama pengarang menempatkan dirinya sebagai tokoh di dalam
     cerita yang menjadi pelaku utama. Melalui tokoh “Aku” inilah pengarang
     mengisahkan kesadaran dirinya sendiri (self consciousness); mengisahkan
     peristiwa atau tindakan. “Aku” tokoh tambahan Pengarang menempatkan
     dirinya sebagai pelaku dalam cerita, hanya saja kedudukannya bukan sebagai
     tokoh utama. Keberadaan “Aku” di dalam cerita hanya sebagai saksi. Dengan
     demikian, tokoh “Aku” bukanlah pusat pengisahan.
- Sudut Pandang Orang Pertama Jamak. Bentuk SP ini
     sesungguhnya hampir sama dengan SP orang pertama tunggal. Hanya saja
     menggunakan kata ganti orang pertama jamak, “Kami”. Pengarang dalam sudut
     pandang ini menjadi seseorang dalam cerita yang bicara mewakili beberapa
     orang atau sekelompok orang. 
- Sudut Pandang Orang Kedua. Pengarang menempatkan
     dirinya sebagai narator yang sedang berbicara kepada orang lain,
     menggambarkan apa-apa yang dilakukan oleh orang tersebut. SP ini
     menggunakan kata ganti orang kedua, “Kau”, “Kamu” atau “Anda” yang menjadi
     pusat pengisahan dalam cerita.
- Sudut Pandang Orang Ketiga Tunggal. Pengarang
     menempatkan dirinya sebagai narator yang berada di luar cerita, atau tidak
     terlibat dalam cerita. Dalam SP ini, narator menampilkan tokoh-tokoh
     cerita dengan menyebut namanya, atau kata gantinya; “Dia” atau “Ia”
6. Amanat
Selain
berkarya, pengarang cerita berupaya menyampaikan pesan moral kepada pembaca
cerita melalui amanat cerita. Amanat harus disimpulkan sendiri oleh pembaca.
Daftar Pustaka 
http://www.mikirbae.com/2015/08/menemukan-tema-latar-dan-penokohan.html
, 21 Juni 2016 , 20:18.
https://id.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek
, 21 Juni 2016, 20:27.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar