1.
Manusia
dan Penderitaan
a.
Pengertian
penderitaan
Dukkha (bahasa
Pali: दुक्ख; bahasa
Sanskerta: दुःख duḥkha)
merupakan istilah dalam bahasa Pali
yang seringkali diartikan sebagai penderitaan, ketidakpuasan, kesedihan,
kemalangan dan keputus-asaan. Menghentikan dukkha merupakan tujuan utama
ajaran Buddha. Penderitaan adalah menanggung atau menjalani sesuatu yang
sangat tidak menyenangkan yang dapat di rasakan oleh manusia.
Setiap manusia pasti pernah mengalami penderitaan baik secara fisik maupun
batin. Penderitaan juga termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas
penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang
ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat tidaknya suatu intensitas
penderitaan. Suatu peristiwa yang di anggap penderitaan oleh seseorang belum
tentu merupakan suatu penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan
merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk
mencapai kenikmatan dan kebahagian.
b. Pengertian Siksaan
Siksaan merupakan suatu penderitaan yang
diterima oleh seseorang. Penderitaan itu sendiri berbentuk penganiayaan.
Seseorang mengalami penganiyaan yang membuatnya mendapat siksaan dan merasa
tersiksa. Kenyamanan tentu saja tidak dapat oleh seseorang yang mengalami
siksaan tersebut. Dengan siksaan yang didapat oleh seseorang, pastilah akan
membuat orang itu mendapat luka baik luka fisik maupun luka hati atau yang
lebih terkenal dengan nama ‘sakit hati’.
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada
penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban.
Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang
dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu
untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai
penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi
untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode
pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai
ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan
telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah agama
atau cuci otak politik.
c. Pengertian
Rasa Sakit
Rasa sakit adalah
rasa yang dirasakan atau dialami oleh penderita dan setiap manusia akan selalu
mengalaminya. Rasa sakit dan siksaan merupakan rentetan sebab akibatnya. Karena
ada siksaan orang merasa sakit, dan karena merasa sakit orang menderita. Banyak
hikmah yang bisa kita ambil dari rasa sakit, misalnya timbul rasa kasihan
terhadap penderita, adanya rasa keprihatinan manusia, rasa social, dapat
mendekatkan diri penderita kepada Tuhan, dan lain lain.
2.
Sumber
penderitaan
Bila kita
kelompokkan secara sederhana berdasarkan sumber penderitaan, maka penderitaan
manusia dapat diperinci sebagai berikut:
a.
Penderitaan
yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan
ini dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan
alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk dapat
diperbaiki dan manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya.
b.
Penderitaan
yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan
Dalam
mengatasi penderitaan ini manusia dapat berusaha dengan kesabaran, tawakal, dan
optimisme.
c. Terhadap orang lain
Perbuatan
buruk manusia dapat menimbulkan derita bagi orang lain yang sangat mengganggu
phyisik dan phisikologi orang yang menderita.
d. Terhadap alam lingkungan
Perbuatan buruk manusia terhadap alam lingkungan
juga menjadi penyebab penderitaan bagi manusia lainnya, tetapi sayang manusia
tidak mau menyadari perbuatannya itu.
3. Usaha
– usaha untuk mengatasi penderitaan
Cara untuk mengatasi penderitaan antara lain :
- Seseorang harus memelihara kesehatan jiwa (mental health) yang memiliki ciri-ciri seperti memelihara tujuan hidup, bergairah namun tetap serta harmonis, ada keseimbangan antara kemampuan dan tujuan, memiliki integrasi dan regularisasi tehadap struktur kepribadian, dan efisien dalam tindakan-tindakannya.
- Melatih berpikir dan berbuat wajar tanpa menggunakan defence
mechanism atau escape mechanism yang negatif. Artinya hanya bersifat
pertahanan mundur yang pada suatu saat akan mengakibatkan seseorang
terpojok sendiri. Untuk menghindari hal tersebut, salah satu cara yang
baik adalah dengan melakukan positive thinking, yaitu suatu
cara untuk memecahkan persoalan dengan berpikir jauh ke depan
(futuristis).
- Berani mengatasi kesulitan sebagai respons terhadap challenge (tantangan) yang dihadapi agar dirinya survive dalam kehidupan. Keberhasilan seseorang dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi akan membuat dirinya menjadi puas.
- Berkomunikasi dengan orang
lain, terutama dengan para ahli (Psikiater). Lebih dari itu adalah
menghilangkan himpitan perasaan untuk memperoleh petunjuk dalam mengatasi
kesulitan yang dihadapi, selain dengan para ahli, cara mengatasi persoalan
juga dapat dilakukan dengan berkomunikasi dengan kawan akrab. Kawan akrab
dapat diajak bertukar pikiran, sehingga bisa membantu dalam meringankan
suatu masalah, misalnya frustrasi. Dalam banyak hal, kawan akrab selalu
menampung segala rasa, terutama rasa yang tidak menyenangkan, misalnya
penderitaan. Bahkan, pada saat yang diperlukan dapat juga memberikan
nasihat yang dibutuhkan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar